I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan
makhluk hidup yang berukuran mikroskopis, kebanyakan terdiri dari makhluk hidup
bersel tunggal. Dalam ilmu mikrobiologi, pengertian mikroorganisme kebanyakan
pada kelompok virus, bakteri, jamur atau kapang. Mikroorganisme ini tersebar
luas di alam baik di udara, air dan di dalam tanah. Peranan mikroorganisme di
alam terutama adalah sebagai decomposer (pengurai) bahan-bahan organik.
Selain dikenal sebagai makhluk yang mendatangkan kerugian (misal: penyebab penyakit, merusak bahan makanan dan penyebab keracunan) terutama dari jenis bakteri, kapang/jamur dan ragi/khamir ternyata juga mempunyai banyak keuntungan bagi manusia.
Selain dikenal sebagai makhluk yang mendatangkan kerugian (misal: penyebab penyakit, merusak bahan makanan dan penyebab keracunan) terutama dari jenis bakteri, kapang/jamur dan ragi/khamir ternyata juga mempunyai banyak keuntungan bagi manusia.
Pada saat melakukan percobaan agar memperoleh hasil yang diharapkan dan sesuai
dengan tujuan praktikum dibutuhkan
ketelitian dan mengurangi
faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan
dalam praktikum, salah satu factor kegagalan pada saat percobaan dalam media
kultur di butuhkan keadaan yang steril dan dibutuhkan keterampilan dalam
menggunakan dan tatacara dalam prosedur yang telah dibuat sebelum pratik agar
hasil yang di dapat sesuai dengan yang harus di capai.
Dalam bagian ini
kita akan mencoba lebih memahami suatu proses dalam praktikum yaitu suatu
proses teknik berkerja secara aseptik,yang diantaranya mencakup ; penuangan
media,pemindahan dan isolasi kultur mikroba. Pada
saat melakukan praktikum.Untuk dapat lebih memahami dan mengerti mengenai cara
berkerja secara aseptik
ini maka dalam bagian ini akan kita bahas dan mempraktikan langsung sesuai prosedur yang telah
di buat, yang akan dapat menuntun para praktikan dalam langkah-langkah awal berkerja dari sini
dapat kita uraikan dan kita jabarkan.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
Melatih mahasiswa berkerja di dalam
laboratorium secara aseptik (mensterilkan meja kerja menuangkan
media,memipet,mentransfer atau memindahkan kultur/biakan mikroba dari sutu
media ke media lain dari suatu wadah ke wadah lain.
II. METODOLOGI PERCOBAAN
1.1 Alat dan Bahan
Dalam praktikum kita kali ini terdapat alat yang dibutuhkani adalah jamur tricoderma, jamur
kacang tanah, media PDA, PDA, pembakar bunsen,cawan petri, alcohol 70%, jarum ent dan
borgabus,dan erlemeyer.
1.2 Prosedur
Kerja
Pada praktikum kali ini prosedur kerja yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
1.2.1
Menuangkan
media PDA ke cawan petri
1.
Pertama cawan
petri yang akan digunakan dipanaskan terlebih dahulu bagian pinggir cawan petri di atas api Bunsen dengan cara di putar
- putar.
2.
Kedua media
yang akan dituang terlebih dahulu dipanas sebelum di tuangkan.
3.
Kemudian saat
menuang media , harus dekat dengan api bunsen.
4.
Setelah
itu media dituang ke dalam cawan petri, cawan petri tersebut dipanaskan kembali bagian pinggir – pinggir cawan petri
tersebut dengan cara di putar – putar
dengan tangan dan secara merata.
2.2.2 Langkah memindah biakan dari cawan
cetri ke awan petri lainnya.
1.Pertama jarum Ose disemprot dengan alkohol.
2. Setelah jarum
ose di panaskan diatas api bunsen hingga membara. Setelah itu diamkan .
3.Selanjutnya mengambil media yang terdapat di dalam
cawan petri. Saat proses pengambilan media dilakukan di dekat api bunsen.
4. Setelah itu cawan
petri yang akan digunakan sebagai tempat meletakkan mediayang telah diambil tadi, terlebihdahulu dipanaskan pada
apibunsen pada
bagian pinggir – pinggirnya.
5. Terakhir media
dipindahkan, setelah
media dipindahkan panaskan kembali cawan petri tersebut. Dan jarum ose yang
digunakan dipanaskan juga pada api
bunsen.
III.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil pengamatan
3.2 Pembahasan
Teknik aseptik sangat
diperlukan untuk menghindarkan mikroorganisme dari kontaminan yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba. Teknik aseptis digunakan sepanjang kegiatan
berlangsung, baik alat, bahan, lingkungan sekitar maupun praktikannya. Untuk
alat dan bahan praktikum dapat diterapkan metode sterilitas. Penguasaan teknik
aseptik ini sangat diperlukan dalam keberhasilan laboratorium mikrobiologi dan
hal tersebut merupakan salah satu metode permulaan yang dipelajari oleh ahli
mikrobiologi.
Sementara itu, menurut
Pelczar & Chan (2007) teknik aseptis sangat penting dalam pengerjaan
mikrobiologi yang memerlukan ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan
yang harus selalu dijaga agar terbebas dari kontaminan yang dapat mencemari.
Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan komplek. Beratus-ratus
spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita,
termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Sekali bersin terdapat
beribu-ribu mikroorganisme.
Media pertumbuhan
mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan
(nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme
memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk
menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat
mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media
pertumbuhannya.
Nutrient
Agar (NA) merupakan media yang
digunakan untuk menumbuhkan bakteri, media ini dipanaskan agar mencair,
kemudian sedikit didinginkan sehingga suhunya kira-kira 40-50°C, pendinginan
ini dilakukan untuk mendapatkan suhu yang ideal sehingga agar tidak mengeras
namun tidak terlalu panas yang mengakibatkan kematian koloni yang akan
dibiakkan. Kegunaan dari Nutrient Agar adalah untuk kultivasi dan
perawatan sebagian besar dari mikroorganisme. Komposisi dari Nutrient Agar adalah agar sebanyak 15 gram,
pepton sebanyak 5 gram, NaCl sebanyak 5 gram, ekstrak yeast sebanyak 2 gram dan
ekstrak kaldu sebanyak 1 gram (Atlas 1946). Pada praktikum yang dilakukan,
meskipun agar sudah didiamkan selama beberapa waktu, agar tetap tidak membeku
secara sempurna, hal ini disebabkan karena pada saat pembuatan media Nutrient Agar, larutan Nutrient Agar belum homogen secara
sempurna. Sehingga masih ada akuades yang belum tercampur dengan
pertikel-pertikel Nutrient Agar.
Golongan bakteri Coli, merupakan jasad di dalam substrat
air, bahan makanan, dan sebagainya yang menjadi indikator untuk kehadiran jasad
berbahaya, yang mempunyai persamaan sifat. Escherichia
sebagai salah satu contoh yang terkenal mempunyai beberapa spesies hidup di
dalam saluran pencernaan makanan manusia dan hewan berdarah panas. Escherichia coli mula-mula diisolasi
oleh Escherich (1885) dari tinja bayi (Suriawiria 2008).
Bakteri Coli dalam jumlah tertentu di dalam air,
dapat digunakan sebagai indikator adanya jasad patogen. Jika di dalam 100 mL
air minum terdapat 500 bakteri Coli,
memungkinkan terjadinya penyakit gastroenteritis yang segera diikuti oleh demam
tifus. Escherichia coli pada keadaan
tertentu dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh sehingga dapat tinggal di
dalam biader (cystitis), pelvis (ginjal), dan hati, yang dapat menyebabkan
diare, peritonistis, meningitis, dan infeksi-infeksi lainnya.
Dalam praktikum mikroorganisme
terutama berhubungan erat dengan mikroorganisme tentunya perlu suatu perlakuan
khusus baik dari langkah awal sampai langkah akhir,dimana langkah awal ini akan
menentukan hasil akhir pengamatan, yakni sterilisasi untuk membebaskan alat dan
bahan dari mikroba pengganggu. Adapula
fungsi dari teknik berkerja secara aseptic ini adalah:
1. Menghambat penyebaran penyakit dan infeksi
2. Membrantas organisme yang terinfeksi pada inangnya.
3. Menghindari pembusukan dan perusakan bahan oleh
mikroorganisme.
Mikroba dapat kita kendalikan dengan berbagai cara.semua itu bertujuan untuk meminimalisasi,mengurangi resiko kesalahan
data,yang hendak dicapai.
Ada beberapa cara untuk mengendalikan jumlah populasi mikroorganisme, diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi
Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah populasi mikroorganisme pada suatu ruang/tempat. Prinsip cleaning dan sanitasi adalah menciptakan lingkungan yang tidak dapat menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh sebagian besar populasi mikroba.
b) Desinfeksi
Adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap peralatan, lantai, dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial. Desinfeksi diaplikasikan pada benda dan hanya berguna untuk membunuh sel vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora.
c) Antiseptis
Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap tubuh untuk melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan cara menghancurkan atau menghambat aktivitas mikroba.
d)- Sterilisasi
Proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga menjadi steril. Sterilisasi seringkali dilakukan dengan pengaplikasian udara panas. Ada dua metode yang sering digunakan, yaitu :
1) Panas lembab dengan uap jenuh bertekanan. Sangat efektif untuk sterilisasi karena menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat dan kelembaban sangat tinggi sehingga mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba yang menyebabkan sel hancur. Suhu efektifnya adalah 121oC pada tekanan 5 kg/cm2 dengan waktu standar 15 menit. Alat yang digunakan : pressure cooker, autoklaf (autoclave) dan retort.
2) Panas kering, biasanya digunakan untuk mensterilisasi alat-alat laboratorium. Suhu efektifnya adalah 160oC selama 2 jam. Alat yang digunakan pada umumnya adalah oven.
e) Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya
a) Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi
Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah populasi mikroorganisme pada suatu ruang/tempat. Prinsip cleaning dan sanitasi adalah menciptakan lingkungan yang tidak dapat menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh sebagian besar populasi mikroba.
b) Desinfeksi
Adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap peralatan, lantai, dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial. Desinfeksi diaplikasikan pada benda dan hanya berguna untuk membunuh sel vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora.
c) Antiseptis
Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap tubuh untuk melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan cara menghancurkan atau menghambat aktivitas mikroba.
d)- Sterilisasi
Proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga menjadi steril. Sterilisasi seringkali dilakukan dengan pengaplikasian udara panas. Ada dua metode yang sering digunakan, yaitu :
1) Panas lembab dengan uap jenuh bertekanan. Sangat efektif untuk sterilisasi karena menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat dan kelembaban sangat tinggi sehingga mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba yang menyebabkan sel hancur. Suhu efektifnya adalah 121oC pada tekanan 5 kg/cm2 dengan waktu standar 15 menit. Alat yang digunakan : pressure cooker, autoklaf (autoclave) dan retort.
2) Panas kering, biasanya digunakan untuk mensterilisasi alat-alat laboratorium. Suhu efektifnya adalah 160oC selama 2 jam. Alat yang digunakan pada umumnya adalah oven.
e) Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya
a)
Pasteurisasi : Proses pembunuhan mikroba patogen dengan suhu
terkendali berdasarkan waktu kematian termal bagi tipe patogen yang
paling resisten untuk dibasmi. Dalam proses pasteurisasi yang terbunuh hanyalah
bakteri patogen dan bakteri penyebab kebusukan namun tidak pada bakteri
lainnya. Pasteurisasi biasanya dilakukan untuk susu,
rum, anggur dan makanan asam lainnya. Suhu pemanasan adalah 65oC
selama 30 menit.
b) Tyndalisasi : Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman kaleng. Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di dalam makanan dan minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit dalam waktu tiga hari berturut-turut.
c) Boiling : Pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan pada suhu 100oC selama 10-15 menit. Boiling dapat membunuh sel vegetatif bakteri yang patogen maupun non patogen. Namun spora dan beberapa virus masih dapat hidup. Biasanya dilakukan pada alat-alat kedokteran gigi, alat suntik, pipet, dll.
d) Red heating : Pemanasan langsung di atas api bunsen burner (pembakar spiritus) sampai berpijar merah. Biasanya digunakan untuk mensterilkan alat yang sederhana seperti jarum ose.
e) Flaming : Pembakaran langsung alat-alat laboratorium diatas pembakar bunsen dengan alkohol atau spiritus tanpa terjadinya pemijaran.
f)- Pengendalian Mikroba dengan Radiasi
Bakteri terutama bentuk sel vegetatifnya dapat terbunuh dengan penyinaran sinar ultraviolet (UV) dan sinar-sinar ionisasi.
a) Sinar UV : Bakteri yang berada di udara atau yang berada di lapisan permukaan suatu benda yang terpapar sinar UV akan mati.
b) Sinar Ionisasi : yang termasuk sinar ionisasi adalah sinar X, sinar alfa, sinar beta dan sinar gamma. Sterilisasi dengan sinar ionisasi memerlukan biaya yang besar dan biasanya hanya digunakan pada industri farmasi maupun industri kedokteran.
b) Tyndalisasi : Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman kaleng. Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di dalam makanan dan minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit dalam waktu tiga hari berturut-turut.
c) Boiling : Pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan pada suhu 100oC selama 10-15 menit. Boiling dapat membunuh sel vegetatif bakteri yang patogen maupun non patogen. Namun spora dan beberapa virus masih dapat hidup. Biasanya dilakukan pada alat-alat kedokteran gigi, alat suntik, pipet, dll.
d) Red heating : Pemanasan langsung di atas api bunsen burner (pembakar spiritus) sampai berpijar merah. Biasanya digunakan untuk mensterilkan alat yang sederhana seperti jarum ose.
e) Flaming : Pembakaran langsung alat-alat laboratorium diatas pembakar bunsen dengan alkohol atau spiritus tanpa terjadinya pemijaran.
f)- Pengendalian Mikroba dengan Radiasi
Bakteri terutama bentuk sel vegetatifnya dapat terbunuh dengan penyinaran sinar ultraviolet (UV) dan sinar-sinar ionisasi.
a) Sinar UV : Bakteri yang berada di udara atau yang berada di lapisan permukaan suatu benda yang terpapar sinar UV akan mati.
b) Sinar Ionisasi : yang termasuk sinar ionisasi adalah sinar X, sinar alfa, sinar beta dan sinar gamma. Sterilisasi dengan sinar ionisasi memerlukan biaya yang besar dan biasanya hanya digunakan pada industri farmasi maupun industri kedokteran.
-
Sinar X : Daya penetrasi baik namun perlu energi besar.
- Sinar alfa : Memiliki sifat bakterisidal tetapi tidak memiliki daya penetrasi.
- Sinar beta : Daya penetrasinya sedikit lebih besar daripada sinar X.
- Sinar gamma : Kekuatan radiasinya besar dan efektif untuk sterilisasi bahan makanan.
g)- Pengendalian Mikroba dengan Filtrasi
Ada dua filter, yaitu filter bakteriologis dan filter udara.
- Sinar alfa : Memiliki sifat bakterisidal tetapi tidak memiliki daya penetrasi.
- Sinar beta : Daya penetrasinya sedikit lebih besar daripada sinar X.
- Sinar gamma : Kekuatan radiasinya besar dan efektif untuk sterilisasi bahan makanan.
g)- Pengendalian Mikroba dengan Filtrasi
Ada dua filter, yaitu filter bakteriologis dan filter udara.
a) Filter
bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan
bahan-bahan yang tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya larutan gula, serum,
antibiotika, antitoksin, dll. Teknik filtrasi prinsipnya menggunakan
penyaringan, dimana yang tersaring hanyalah bakteri saja. Diantara jenis filter
bakteri yang umum digunakan adalah : Berkefeld (dari fosil diatomae),
Chamberland (dari porselen), Seitz (dari asbes) dan seluosa.
b) Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan partikel (High Efficiency Particulate Air Filter atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih ke dalam ruang tertutup dengan sistem aliran udara laminar (Laminar Air Flow)
h)- Pengendalian Mikroba dengan Bahan Kimia
Saat ini, telah banyak agen kimia yang berpotensi untuk membunuh atau menghambat mikroba. Penelitian dan penemuan senyawa kimia baru terus berkembang. Agen kimia yang baik adalah yang memiliki kemampuan membunuh mikroba secara cepat dengan dosis yang rendah tanpa merusak bahan atau alat yang didisinfeksi.
Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini digolongkan menjadi :
a) Agen kimia yang merusak membran sel mikroba.
b) Agen kimia yang merusak enzim mikroba.
c) Agen kimia yang mendenaturasi protein.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas agen kimia di dalam mengendalikan mikroba, yaitu :
a) Konsentrasi agen kimia yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasinya maka efektivitasnya semakin meningkat.
b) Waktu kontak. Semakin lama bahan tersebut kontak dengan bahan yang disterilkan maka hasilnya akan semakin baik.
c) Sifat dan jenis mikroba. Mikroba yang berkapsul dan berspora lebih resisten dibandingkan yang berkapsul dan berspora.
d) Adanya bahan organik dan ekstra. Adanya bahan-bahan organik dapat menurunkan efektivitas agen kimia.
e) pH atau derajat keasaman. Efektivitas bahan kimia dapat berubah seiring dengan perubahan pH.
a) Agen Kimia yang merusak membran sel
1. Golongan Surfaktans (Surface Active Agents), yaitu golongan anionik, kationik dan nonionik.
2. Golongan fenol.
b) Agen Kimia merusak enzim
1. Golongan logam berat seperti arsen, perak, merkuri, dll.
2. Golongan oksidator seperti golongan halogen, peroksida hidrogen dan formaldehid.
c) Agen Kimia yang menyebabkan denaturasi protein
Agen kimiawi yang menyebabkan terjadinya koagulasi dan presipitasi protoplasma, seperti alkohol, gliserol dan bahan-bahan asam dan alkalis.
b) Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan partikel (High Efficiency Particulate Air Filter atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih ke dalam ruang tertutup dengan sistem aliran udara laminar (Laminar Air Flow)
h)- Pengendalian Mikroba dengan Bahan Kimia
Saat ini, telah banyak agen kimia yang berpotensi untuk membunuh atau menghambat mikroba. Penelitian dan penemuan senyawa kimia baru terus berkembang. Agen kimia yang baik adalah yang memiliki kemampuan membunuh mikroba secara cepat dengan dosis yang rendah tanpa merusak bahan atau alat yang didisinfeksi.
Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini digolongkan menjadi :
a) Agen kimia yang merusak membran sel mikroba.
b) Agen kimia yang merusak enzim mikroba.
c) Agen kimia yang mendenaturasi protein.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas agen kimia di dalam mengendalikan mikroba, yaitu :
a) Konsentrasi agen kimia yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasinya maka efektivitasnya semakin meningkat.
b) Waktu kontak. Semakin lama bahan tersebut kontak dengan bahan yang disterilkan maka hasilnya akan semakin baik.
c) Sifat dan jenis mikroba. Mikroba yang berkapsul dan berspora lebih resisten dibandingkan yang berkapsul dan berspora.
d) Adanya bahan organik dan ekstra. Adanya bahan-bahan organik dapat menurunkan efektivitas agen kimia.
e) pH atau derajat keasaman. Efektivitas bahan kimia dapat berubah seiring dengan perubahan pH.
a) Agen Kimia yang merusak membran sel
1. Golongan Surfaktans (Surface Active Agents), yaitu golongan anionik, kationik dan nonionik.
2. Golongan fenol.
b) Agen Kimia merusak enzim
1. Golongan logam berat seperti arsen, perak, merkuri, dll.
2. Golongan oksidator seperti golongan halogen, peroksida hidrogen dan formaldehid.
c) Agen Kimia yang menyebabkan denaturasi protein
Agen kimiawi yang menyebabkan terjadinya koagulasi dan presipitasi protoplasma, seperti alkohol, gliserol dan bahan-bahan asam dan alkalis.
IV. KESIMPULAN
Adapun beberapa kesimpulan yang
dapat ditari dari praktikum ini yakni sebagai berikut:
1.Keterampilan dalam menggunakan media sangat
dibutuhkan dalam melakukan percobaan untuk mendapatkan hasil yang ingin di
capai.
2.Proses aseptik ini dapat
dilakukan dengan cara pemanasan, menggunakan bunsen dan alat yang
hendak disterilkan dipanaskan memutar merata.
3.Pada saat proses pemindahan media jamur harus dilakukan
secara steril dengan mendekatkan media PDA dan cawan petri pada bunsen.
4. Jika alat dan bahan yang digunakan
tidak steril maka mikroba yang hendak dibiakan akan mengalami kegagalan.
5. Pada
saat praktikum dilakukan praktikan harus menggunakan perlengkapan laboratorium
dengan lengkap agar media pembiakan tidak terkontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Pengendalian mikroorganisme. http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/pengendalian-mikroorganisme/. Diakses tanggal 10 april 2013
Pelczar MJ & ECS Chan. 1986. Dasar-Dasar
Mikrobiologi. Ratna SiriHadioetomo dkk, penerjemah. Jakarta: UI-Press.
Terjemahan dari
Dasar-Dasar
Mikrobiologi 1,Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Suriawiria, Unus. 2008. Mikrobiologi
Air. Bandung: PT. Alumni.
Machmud, M.
2008. Teknik Penyimpanan dan
Pemeliharaan Mikroba. Balai
Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor
Oram, R.F.
S., Paul. J. Hummer, Jr. 2001. Biology
Living System. Glencoe Division Mc Millan Company. Waterville.






0 komentar:
Posting Komentar