RSS

PENGENALAN GEJALA DAN TANDA PENYAKIT TANAMAN II


(Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tanaman)







Nama:
Eldineri Zulkarnain
1214121073


Description: logo unila bwt makalah



LABORATORIUM PENYAKIT TANAMAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
I.          PENDAHULUAN


1.2.  Latar Belakang

Umumnya tumbuhan sakit menunjukkan gejala yang khusus. Gejala (symptom) adalah perubahan-perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan sebagai akibat adanya penyakit. seringkali penyakit tertentu tidak hanya menyebabkan timbulnya satu gejala, tetapi juga menimbulkan sindroma. selain itu beberapa penyakit berbeda menunjukkan gejala yang sama, sehingga dengan memperhatikan gejala saja sulit untuk mendiagnosis dengan pasti. maka, selain memperhatikan gejala kita harus memeperhatikan tanda (sign) dari penyakit. Tanda adalah semua pengenal dari penyakit selain raksi tumbuhan inang (gejala), misalnya bentuk tubuh buah parasit, miselium, warna spora, bledeok, lendir dan sebagainya.

Serangan hama dan penyakit jika tidak dikelola dengan tepat maka akan mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem. Selain dari itu, serangan hama dan penyakit berdampak pada prokduktifitas dan kualitas standing stock yang ada. Diantaranya adalah menurunkan rata-rata pertumbuhan, menurunkan daya kecambah biji dan pada dampak yang besar akan hasil panen.


1.2.  Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah:
1.      Mengetahui dan memahami perbedaan antara gejala dan tanda penyakit
2.      Mengetahui beberapa macam gejala penyakit tanaman dan tanda penyakitnya.


II.        METODELOGI


2.1       Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop, dan kaca preparat. Sedangkan bahannya adalah daun kopi, daun lidah mertua, dan daun alpukat.


2.2       Cara Kerja

Cara kerjanya adalah amati daun dan cari gejalanya. Kemudian amati tanda penyakit di mikoroskop cahaya dengan mengambil spora penyakit pada yang timbul pada daunnya dan diletakkan di kaca preparat terlebih dahulu. Dan gambar hasil pengamatan di mikroskop.


III.       HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1       Hasil Pengamatan

No.
Gambar
Keterangan
1.


2.



3.


4.




3.2       Pembahasan

Penyakit patek atau antraknosa pada daun sansiviera
Penyakit patek atau antraknosa merupakan salah satu jenis penyakit tanaman yang sering merepotkan petani atau pembudidaya. Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan patek atau antraknosa ini terbilang sangat besar, bahkan tidak jarang penyakit patek atau antraknosa menimbulkan kegagalan panen, terutama pada tanaman cabai.

Jenis Tanaman Yang Rentan Terserang Patek Atau Antraknosa
Penyakit patek atau antraknosa menyerang berbagai jenis tanaman. Penyakit ini sangat sulit dikendalikan, terutama jika kelembaban areal pertanaman sangat tinggi. Bagian tanaman yang terserang penyakit patek atau antraknosa pada umumnya adalah buah atau daun. Penyakit patek atau antraknosa menyerang pada bagian daun terutama pada tanaman sansevieria, anggrek, bromelia, miracle, seledri, dan melon. Penyakit ini juga sering menyerang buah, terutama pada tanaman melon, apel, cabai, tomat, mangga, kopi, pepaya, alpukat, dan sebagainya.

Jenis Cendawan Yang Menimbulkan Penyakit Patek Atau Antraknosa
Penyakit patek atau antraknosa disebabkan oleh serangan cendawan. Penyakit ini terutama menyerang pada saat kelembaban udara tinggi dan suhu rendah. Pada musim hujan, penyakit patek atau antraknosa bisa menggagalkan areal pertanaman cabai hanya dalam waktu beberapa hari. Penyebaran miselium dan spora cendawan penyebab patek atau antraknosa sangat cepat. Serangan sangat hebat terjadi pada saat kelembaban di atas 95% dan suhu udara dibawah 32°C. Beberapa jenis cendawan yang paling sering menyebabkan timbulnya penyakit patek atau antraknosa adalah Colletrotichum sp. dan Gloesperium sp. Pada buah cabai, cendawan tersebut mampu bertahan di dalam biji selam 9 bulan. Nama Colletrotichum sp. sangat diperhitungkan dalam dunia pertanian setelah reputasinya memporakporandakan hampir sepertiga lahan strowberry di Perancis pada tahun 1990 Cendawan ini menjadi momok yang paling menakutkan terutama di daerah subtropis dan daerah tropis seperti Indonesia.

Gejala Serangan Patek Atau Atraknosa
Penyakit patek atau antraknosa sangat ditakuti terutama oleh petani cabai. Serangan patek atau antraknosa ini mampu membuyarkan impian petani untuk memetik hasil yang besar, bahkan tidak jarang justru menimbulkan kerugian meskipun harga cabai sedang tinggi. Tanaman yang terserang penyakit patek atau antraknosa yang disebabkan oleh infeksi cendawan Colletrotichum sp. menunjukkan gejala bercak cokelat kehitaman yang kemudian akan meluas menjadi busuk lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang merupakan koloni cendawan. Sedangkan tanaman yang terserang patek atau antraknosa akibat infeksi cendawan Gloesperium sp. menunjukkan bercak cokelat dengan bintik-bintik berlekuk. Pada bagian tepi bintik-bintik tersebut berwarna kuning membesar dan memanjang. Jika kelembaban tinggi, cendawan akan membentuk lingkaran memusat atau konsentris berwarna merah jambu. Serangan pada buah cabai biasanya diawali dari bagian ujung buah yang mengakibatkan dieback atau mati ujung.

Penyakit bercak daun pada daun alpukat
Gejala dan tanda penyakit bercak daun pada umumnya sama pada setiap tanaman yang terserang yaitu terbentuknya daerah yang mati pada daun (nekrosis). Luas daerah nekrosis bervariasi mulai dari yang kecil sampai yang  besar dengan bentuk dari yang tidak beraturan sampai yang  beraturan. Begitu pula dengan warna bercak atau daerah nekrosis tadi beragam mulai dari kuning, coklat hingga hitam. Gejala penyakit bercak daun Colletotrichum diawali dengan munculnya bercak-bercak berbentuk agak bulat dengan warna coklat dengan tepi agak kekuning-kuningan, bercak-bercak ini dapat menyatu menjadi bercak yang lebar dalam jangka waktu yang relatif singkat. Bercak yang sudah melebar berwarna coklat merah kehitam-hitaman dan terlihat seperti busuk kebasahan. Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit bercak Colletotrichum ini tergantung dari jenis tanamannya, jika tanaman rentan maka bibit tidak hanya mengalami kerontokan daun tetapi  mengalami mati pucuk atau mati total.

Penyebab Penyakit
Fungi Colletotrichum sp. masuk dalam Kelas Deuteromycetes (Imperfect fungi), Ordo Melanconiales dan Famili Melanconiaceae (Alexopoulos and Mims, 1979; Dwidjoseputro, 1978; Streets, 1980 dan Agrios 2005). Colletotrichum mempunyai beberapa sinonim tergantung dari spesiesnya, tingkat seksual dari fungi ini juga sudah diketahui yaitu Glomerella yang masuk ke dalam Kelas Ascomycetes, Ordo Diaporthales, dan Famili Diaporthaceae (Dwidjoseputro, 1976). Fungi membentuk banyak aservulus berbentuk  bulat setengah bulat atau lonjong yang  berwarna gelap, bersetae pendek atau panjang. Patogen mempunyai miselium bersekat, di ujung konidiofor  yang tidak bersekat dan bercabang dibentuk konidia silindris (melengkung atau tidak melengkung), bersel tunggal, tidak bersekat. Konidia biasanya membentuk satu atau dua tabung kecambah, bila tabung kecambah mengenai permukaan benda padat maka terbentuklah apresorium berwarna gelap dan lengkat, kemudian fungi menembus kutikula. Colletotrichum tumbuh baik pada media agar kentang (PDA), dimana pada awal pertumbuhannya membentuk koloni miselium berwarna putih dan berseka,  kemudian  miselium berubah warna menjadi abu-abu sampai hitam.

Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fungi
Perkembangan penyakit tergantung pada lingkungan, kondisi yang sesuai untuk perkembangan penyakit antraknosa adalah pada kelembaban relatif (Rh) 95% - 100%. Suhu optimum untuk perkembangan Colletotrichum adalah 28º – 36º C, hal ini menyebabkan serangan penyakit di musim penghujan lebih tinggi daripada di musim kemarau. Fungi masuk ke dalam tanaman inang melalui lubang alami (stomata), melalui luka dan penetrasi langsung pada kutikula. Selama menginfeksi jaringan hidup fungi ini menyebabkan desinterasi protoplasma, setelah terjadi proses infeksi terbentuklah gejala  penyakit berupa bercak coklat dan membentuk aservulus, konidia yang terbentuk dalam aservulus inilah yang dapat menyebar di lapangan. Colletotrichum sp. merupakan patogen akar yang dapat bertahan hidup tanpa adanya tanaman inang, dengan cara hidup sebagai saprofit pada jaringan mati, membentuk struktur istirahat dan pada fase parasitik menginfeksi gulma atau tanaman inang. Selama hidup secara saprofitik, mengkolonisasi substrat organik, atau hidup secara parasitik pada akar tanaman dengan tidak memperlihatkan gejala sakit (Garrett, 1970).
Penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Colletotrichum sp. pada beberapa tanaman sering disebut penyakit antraknosa. Agrios (2005) mengatakan bahwa antraknosa berarti Anthrax = carbon = black artinya penyakit antraknosa disebabkan oleh jenis fungi yang menghasilkan konidia dalam aservulus berwarna hitam. Penyakit antraknosa menyerang berbagai bagian dari tanaman seperti buah, batang dan daun,  menyerang tanaman pada berbagai umur mulai dari pembibitan yang terbawa benih sampai tanaman di lapangan.

Tanaman Inang dan Pengelolaan Penyakit
Penyakit antraknosa dilaporkan menyerang berbagai tanaman pertanian seperti cabe, alpukat, jeruk, kacang kedelai, strawberi, pepaya,  mangga dll. (Agrios, 2005); menyerang tanaman perkebunan seperti kopi dan karet (Agrios, 2005; Semangun, 2000); tanaman kehutanan seperti Acacia spp. (Old et al., 2000), jabon, pulai,  tembesu, jati, cendana, matoa dan tanjung. 

Penyakit karat daun kopi
Penyakit karat daun yang disebabkan oleh patogen Hemileia vastatrix B. et. Br. Merupakan penyakit utama pada tanaman kopi Arabika. Penyakit Karat pada Kopi di temukan oleh Ward pada tahun 1882 di Srilangka, Lokasi Asia selatan, Asia Tenggara, Afrika. Penyakit ini Menghancurkan semua tanaman kopi se-Asia Selatan (1870an-1880an). Sejak tahun 1970 ditemukan di Brazil. Penyebab cepatnya penyebaran adalah karena system tanam yang monokultur. Karat kopi menghancurkan semua pohon kopi di Srilangka karena semua pohon-pohon seragam yang berasal dari stock Coffea arabica yang rentan (Agrios, 1995). Pada tahun 1876 penyakit ini mulai dikenal di Jawa dan Sumatra (Sri-Sukamto, 1998).
Gejala penyakit
Tanaman sakit ditandai oleh adanya bercak-bercak berwarna kuning muda pada sisi bawah daunnya, kemudian berubah menjadi kuning tua. Di bagian ini terbentuk tepung berwarna jingga cerah (oranye) dan tepung dan ini adalah uredospora jamur H. vastatrix Bercak yang sudah tua berwarna coklat tua sampai hitam, dan kering. Daun-daun yang terserang parah kemudian gugur dan tanaman menjadi gundul. Tanaman yang demikian menjadi kehabisan cadangan pati dalam akar-akar dan rantingrantingnya, akhirnya tanaman mati (Mahfud et al., 1998).
Pada kopi robusta, penyakit ini tidak menjadi masalah, sedangkan pada kopi arabika penyakit ini menjadi masalah utama. Berikut adalah gambar-gambar gejala karat daun kopi.

Penyakit kerdil pisang / bunchy top virus

Penyakit kerdil pisang disebabkan oleh ‘Banana Bunchy Top Virus’ (BBTV). Gejala awal ditandai oleh adanya gejala hijau gelap bergaris pada tangkai dan tulang daun menyerupai sandi morse. Pada lembaran daun di dekat ibu tulang daun terdapat bercak/garis bengkok hijau gelap. Ketika tanaman semakin tua, pertumbuhan daun menjadi terhambat, berukuran kecil, kaku dan mengarah ke atas, tanaman menjadi kerdil.

Penyakit ini disebabkan oleh virus. Penularannya melalui vektor Pentalonia negronervosaCoq. Gejalanya adalah daun muda tampak lebih tegak, pendek, lebih sempit dan tangkainya lebih pendek dari yang normal, daun menguning sepanjang tepi lalu mengering, daun menjadi rapuh dan mudah patah, Tanaman terlambat pertumbuhannya dan daun-daun membentuk roset pada ujung batang palsunya.



IV.       KESIMPULAN


Kesimpulan yang didapat dari pembahasan adalah,
1.      Gejala penyakit adalah kelainan/penyimpangan dari keadaan normal tanaman akibat adanya gangguan penyebab penyakit, dan gejala dapat dilihat dengan mata telanjang.
2.      Tanda penyakit adalah semua struktur patogen yang terdapat pada permukaan tanaman yang dapat dilihat secara makroskopis (khusus pada penyakit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri)
3.      Penyakit karat daun yang disebabkan oleh patogen Hemileia vastatrix B. et. Br.
4.      Penyakit kerdil pisang disebabkan oleh ‘Banana Bunchy Top Virus’ (BBTV).
5.      Penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Colletotrichum sp. pada beberapa tanaman sering disebut penyakit antraknosa.


DAFTAR PUSTAKA


Dwidjoseputro. 1978. Pengantar Mikologi. Penerbit Alumni. Bandung.
Semangun, H. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Agrios N. George. 1995. Ilmu Penyakit Tanaman . Terjemahan dari Plant Mahfud, M.C., E. Korlina, A. Budijono, M, Soleh dan A. Surjadi. 1998. Uji Aplikasi Komponen PHT untuk mengendalikan penyakit karat daun. Laporan pengkajian Bagian Proyek Penelitian Tanaman Perkebunan. Bogor. 1-6
Sukamto. S. 1998. Pengelolaan Penyakit Tanaman kopi. Kumpulan Materi Pelatihan
http://www.tanijogonegoro.com/2013/09/patek-antraknosa.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar