Penulis
Nama : Eldineri Zulkarnain
NPM : 1214121073
P.S. : Agroteknologi
Mata Kuliah : Kimia Dasar
Dosen :
Heri Satrio, S.Si, M.Si.
![]() |
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Bandar Lampung
8 Oktober 2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kepada
Allah SWT. atas limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga dapat terselesaikan
makalah yang berjudul STRUKTUR
ATOM, MOLEKUL, SISTEM PERIODIK DAN IKAATAN KIMIA.
diharapkan makalah ini dapat memberi manfaat
kepada yang membacanya, sehingga dapat mengetahui dan memahami dengan benar isi
dari makalah ini.
Akhir kata saya menyadari bahwa dengan segala
keterbatasan dan kompleksitas dalam penyusunan makalah ini, tentu saja masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, masukan dari bapak sangat saya harapkan.
Bandar lampung, Oktober 2012
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI
........................................................................................................ ii
PENDAHULUAN
............................................................................................... 1
Latar Belakang
......................................................................................... 1
PEMBAHASAN
................................................................................................... 2
BAB 1 Struktur Atom dan
Molekul
...................................................................... 2
Perkembangan Teori Atom
........................................................... 2
Ion ………………………………………………………………. 6
Molekul …………………………………………………………. 6
BAB 2 Sistem Periodik
dan Ikatan Kimia
……………………………………… 8
Tabel ……………………………………………………………. 8
Sifat-sifat
Unsur Berperiodik
…………………………………… 9
Pola
dalam Struktur Elektron
……………………………………11
Pola
dalam Senyawa Kecenderungan Unsur dalam Periodik dan Golongan ……………………………………………………….. 13
Hubungan
Antara Keelektronegatifan dan Jenis Ikatan …………15
Ikatan
Ion ………………………………………………………..16
Ikatan
Kovalen
…………………………………………………..17
Interaksi
antar Molekul
………………………………………….18
DAFTAR
PUSTAKA
…………………………………………………………...21
1.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Atom merupakan bagian
terkecil penyusun suatu materi yang tidak dapat dibagi lagi. Diameter atom
antara 3×10‑9 m sampai 1,5×10-8 m. Bagian dalam atom
terdiri atas inti atom yang bermuatan positif dan awan di sekitar innti atom
yang bermuatan negatif. awan di seputar inti atom ini biasa disebut kulit atom.
Partikel dasar penyusun inti atom adalah proton dan neutron, sementara partikel
dasar penyusun kulit atom adalah elektron. Gabungan dari dua atau lebih atom
disebut molekul. dan mengenai struktur atom dan molekul akan dijelaskan di bab
satu.
Dari hasil eksperiment
yang dilakakukan Henry G. J. Moseley (1914). Moseley menyimpulkan bahwa sifat
dasar unsur adalah nomor atom, bukan massa atomnya. Kemudian hukum periodik
mendeleyev diperbaharui menjadi hukum periodik modern yang menyatakan bahwa
sifat-sifat unsur merupakan fungsi periodik dari nomor atomnya. Sistem periodik
modern dikenal sebagai sistem periodik bentuk panjang. Sistem periodik akan
dijelaskan pada bab dua.
Ikatan kimia dapat terjadi karena
adanya gaya tarik menarik yang kuat antara atom-atom di dalam suatu molekul
senyawa. Elektron berperan sangat penting dalam pembentukan ikatan kimia,
khususnya elektron valensi. Jenis ikatan dan susunan atom dalam molekul/senyawa
mempengaruhi sifat-sifat dari molekul/senyawa tersebut. Dan mengenai ikatan
ion, ikatan kovalen dan interaksi antar molekul akan dijelaskan di bab dua.
BAB
1
1.
STRUKTUR
ATOM DAN MOLEKUL
1.1.
Perkembangan
Teori Atom
1.1.1.
Teori
Atom Dalton
Berdasarkan
hukum kekekalan massa dan hukum perbandingan tetap, John Dalton (1805)
menyatakan teori atomnya sebagai berikut:
·
Atom merupakan
partikel terkecil yang tidak dapat dibagi lagi.
·
Semua atom dari
unsur kimia tertentu mempunyai massa yang sama, begitu pula semua sifat
lainnya.
·
Unsur kimia yang
lain akan memiliki jenis atom yang berbeda.
·
Atom-atom
bergabung satu sama lain membentuk molekul senyawa.
·
Reaksi kimia
hanya melibatkan penataan ulang dari atom-atomnya sehingga tidak ada atom yang
berubah akibat reaksi kimia.

Kelemahan:
·
Tidak dapat
menjelaskan cara atom-atom saling berikatan.
·
Model atom
dalton tidak dapat menjelaskan perbedaan antara atom unsur yang satu dengan unsur
yang lain.
·
Tidak dapat
menerangkan sifat listrik pada materi
1.1.2.
Teori
Atom Thomson
Berdasarkan
percobaan sinar katoda, Joseph John Thomson (1897) menyatakan teori atomnya
bahwa dalam atom terdapat elektron yang tersebar secara merata dalam bola pejal
bermuatan positif.
Kelemahan:
·
Tidak dapat
menjelaskan susunan muatan positif dan negatif dalam atom tersebut.

1.1.3.
Teori
Atom Rutherford

Berdasrkan
fakta percobaan sinar alfa, Ernest Rutherford (1911) mengemukakan teori atomnya
bahwa atom terdiri atas inti yang bermuatan positif yang menjadi pusat massa
dan elektron beredar mengelilingi inti atom.
Kelemahan:
·
Tidak dapat
menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom akibat gaya tarik
elektrostatis ini terhadap elektron.
1.1.4.
Teori
Atom Bohr
Berdasrkan
percobaan spektrum atom hidrogen, Niels Bohr menyatakan teori atomnya sebagai
berikut:
·
Elektron beredar
mengelilingi inti atom pada lintasan dengan tingkatan energi tertentu yang
disebut kulit atau orbit,
·
Selama beredar
dalam lintasannya (lintasan stasioner) elektron tidak mengalami perubahan
energi.
·
Dengan menyerap
energi, elektron dapat berpindah dari lintasan dengan tingkat energi rendah ke
lintasan yang tingkat energinya lebih tinggi.
·
Elektron juga
dapat berpindah dari lintasan dengan tingkat energi tinggi ke tingkat energi
yang lebih rendah dengan memancarkan energi.

Kelemahan:
·
Terjadi
penyimpangan untuk atom yang lebih besar dari hidrogen
·
Tidak dapat
menerangkan spektrum warna dari atom berelektron banyak.
1.1.5.
Teori
Atom Mekanika Gelombang
Ø Louis
De Broglie (1924)
De
Broglie menyatakan bahwa elektron yang bergerak mempunyai sifat-sifat
gelombang, sehingga dapat disimpulkan bahwa elektron mempunyai dualisme sifat
yaitu bersifat materi dan bersifat gelombang.
Ø Prinsip
ketidakpastian Werner Heisenberg (1926)
Momentum
dan posisi dari suatu partikel yang kecil (elektron) tidak dapat diketahui
secara bersamaan (simultan) dengan suatu derajat kepastian.
Ø Erwin
Schrodinger (1926)
Berdasrkan
teori mekanika gelombang dan kuantum, Schrodinger menyatakan teori kebolehjadian,
yang menyebutkan bahwa kedudukan elektron pada saat tertentu tidak dapat
dipastikan, tetapi hanya dapat ditentukan kebolehjadiannya.
Kebolehjadian
daerah dlam ruang yang dapat ditempati oleh sejumlah elektron tertentu disebut orbital.

Masing-masing
orbital dalam atom mempunyai energi tertentu, sedangkan energi suatu elektron
dalam atom ditentukan oleh bilangan kuantum.
1.2.
Ion
·
Suatu atom dapat
kehilangan/melepaskan elektron atau mendapat/menerima elektron tambahan.
·
Atom yang
kehilangan/melepaskan elektron, akan menjadi ion positif (kation).
·
Atom yang
mendapat/menerima elektron, akan menjadi ion
negatif (anion).
·
Dalam suatu Ion,
yang berubah hanyalah jumlah elektron saja, sedangkan
jumlah proton dan neutronnya tetap.
Contoh
:
|
Spesi
|
Proton
|
Elektron
|
Neutron
|
|
Atom Na
|
11
|
11
|
12
|
|
Ion
|
11
|
10
|
12
|
|
Ion
|
11
|
12
|
12
|
1.3.
Molekul
Molekul adalah suatu
agregat (kumpulan) yang terdiri dari sedikitnya dua atom dalam susunan tertentu
yang terikat bersama oleh gaya-gaya kimia (disebut juga ikatan kimia). Suatu
molekul dapat mengandung atom-atom dari unsur yang sama atau atom-atom dari dua
atau lebih unsur yang bergabung dalam perbandingan tertentu, sesuai dengan
hukum perbandingan tetap. Suatu molekul tidak harus berupa senyawa yang
berdasarkan difinisi terbentuk dari dua atau lebih unsur. Mislanya gas hidrogen
adalah suatu unsur murni, tetapi terdiri atas molekul-molekul yang
masing-masingnya terbentuk dari dua atom H. Sebaliknya, air adal senyawa
molekular yang mengandung hidrogen dan oksigen dengan perbandingan dua atom H
dan satu atom O. Seperti halnya atom, molekul tidak bermuatan listrik (netral).
Molekul diatomik yaitu
molekul yang hanya mengandung dua atom, dan molekul poliatomik yaitu molekul
yang mengandung lebih dari dua atom.
BAB 2
2.
SISTEM
PERIODIK DAN IKATAN KIMIA
2.1.
Tabel
Lebih dari separuh
unsur-unsur yang dikenal saat ini ditemukan antara 1800 dan 1900. Selama
periode ini, kimiawan mengamati bahwa ada banyak unsur yang menunjukan
kemiripan yang kuat satu sama lain. Pemahaman akan adanya keteraturan periodik
dalam perilaku fisis dan kimia dan kebutuhan untuk mengorganir semua informasi
yang tersedia tentang struktur dan sifat-sifat unsur telah mengarah pada
dikembangkannya dan kimia yang mirip dikelompokan bersama. Unsur-unsur pada
tabel periodik modern disusun berdasarkan nomor atomnya (ditempatkan diatas
lambang unsur) dalam baris horizontal yang disebut periode dan kolom—kolom
vertikal yang disebut golongan, berdasarkan kemiripan sifat-sifat kimianya.
Unsur-unsur dapat
dibagi dalam tiga kategori yaitu logam, nonlogam, dan metaloid. Logam merupakan
penghantar panas dan listrik yang baik, sedangkan nonlogam biasanya merupakan
penghantar panas dan lisrik yang buruk. Metaloid mempunyai sifat-sifat yang
berada diantara logam dan nonlogam. Pada tabel periodik menunjukan bahwa
sebagian unsur yang telah dikenal berupa logam, hanya tujuhbelas unsur yang
merupakan nonlogam, dan delapan unsur yang merupakan metaloid. Dari kiri ke
kanan setiap periode, sifat-sifat fisik dan kimia unsur berubah secara bertahap
dari sifat logam ke sifat nonlogam.
2.2.
Sifat-sifat
Unsur Berperiodik
2.2.1.
Jari-Jari Atom
·
Adalah jarak dari inti atom sampai ke elektron di kulit
terluar.
·
Besarnya jari-jari atom dipengaruhi oleh besarnya nomor atom unsur tersebut.
·
Semakin besar nomor atom unsur-unsur segolongan, semakin
banyak pula jumlah kulit elektronnya, sehingga semakin besar pula jari-jari
atomnya.
Jadi :
dalam satu golongan (dari atas ke bawah), jari-jari atomnya semakin besar.
·
Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), nomor atomnya
bertambah yang berarti semakin bertambahnya muatan inti, sedangkan jumlah kulit
elektronnya tetap. Akibatnya tarikan inti terhadap elektron terluar makin besar
pula, sehingga menyebabkan semakin kecilnya jari-jari atom.
Jadi : dalam satu periode (dari kiri ke kanan), jari-jari
atomnya semakin kecil.
2.2.2.
Energi Ionisasi
·
Adalah energi minimum yang diperlukan atom netral dalam
bentuk gas untuk melepaskan satu elektron membentuk ion bermuatan +1.
·
Jika atom tersebut melepaskan elektronnya yang ke-2 maka
akan diperlukan energi yang lebih besar (disebut energi ionisasi kedua), dst.
·
EI 1< EI 2 < EI 3 dst
·
Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), EI semakin
kecil karena jari-jari atom bertambah sehingga gaya tarik inti terhadap
elektron terluar semakin kecil. Akibatnya elektron terluar semakin mudah untuk
dilepaskan.
·
Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), EI semakin besar
karena jari-jari atom semakin kecil sehingga gaya tarik inti terhadap elektron
terluar semakin besar/kuat. Akibatnya elektron terluar semakin sulit untuk
dilepaskan.
2.2.3.
Afinitas Elektron
·
Adalah energi yang dilepaskan atau diserap oleh atom
netral dalam bentuk gas apabila menerima sebuah elektron untuk membentuk ion
negatif.
·
Semakin negatif harga afinitas elektron, semakin mudah
atom tersebut menerima/menarik elektron dan semakin reaktif pula unsurnya.
·
Afinitas elektron bukanlah kebalikan dari energi
ionisasi.
·
Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), harga afinitas
elektronnya semakin kecil.
·
Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), harga afinitas
elektronnya semakin besar.
·
Unsur golongan utama memiliki afinitas elektron bertanda
negatif, kecuali golongan IIA dan VIIIA.
·
Afinitas elektron terbesar dimiliki golongan VIIA.
2.2.4.
Keelektronegatifan
·
Adalah kemampuan suatu unsur untuk menarik elektron dalam
molekul suatu senyawa (dalam ikatannya).
·
Diukur dengan menggunakan skala Pauling yang besarnya
antara 0,7 (keelektronegatifan Cs) sampai 4 (keelektronegatifan F).
·
Unsur yang mempunyai harga keelektronegatifan besar,
cenderung menerima elektron dan akan membentuk ion negatif.
·
Unsur yang mempunyai harga keelektronegatifan kecil,
cenderung melepaskan elektron dan akan membentuk ion positif.
·
Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), harga
keelektronegatifan semakin kecil.
·
Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), harga
keelektronegatifan semakin besar.
2.3.
Pola
dalam Struktur Elektron
Suatu cara penulisan yang menunjukkan
distribusi elektron dalam orbital orbital pada kulit utama dan subkulit
disebut konfigurasi elektron. Pada penulisan konfigurasi
elektron perlu dipertimbangkan tiga aturan (asas), yaitu prinsip Aufbau, asas
larangan Pauli, dan kaidah Hund.
2.3.1.
Prinsip
Aufbau
Elektron-elektron dalam suatu atom
berusaha untuk menempati subkulit subkulit yang berenergi rendah, kemudian baru
ke tingkat energi yang lebih tinggi. Dengan demikian, atom berada pada tingkat
energi minimum. Inilah yang disebut prinsip Aufbau. Urutan-urutan
tingkat energi ditunjukkan pada gambar. Jadi, pengisian orbital dimulai dari
orbital 1s, 2s, 2p, dan seterusnya. Pada gambar dapat dilihat bahwa
subkulit 3d mempunyai energi lebih tinggi daripada subkulit
4s. Oleh karena itu, setelah 3p terisi
penuh maka elektron berikutnya akan mengisi subkulit 4s, baru kemudian akan mengisi subkulit 3d.

Diagram urutan tingkat energi orbital
2.3.2.
Kaidah
Hund
Untuk menyatakan distribusi
elektron-elektron pada orbital-orbital dalam suatu subkulit, konfigurasi elektron
dapat dituliskan dalam bentuk diagram orbital. Suatu orbital dilambangkan
dengan strip, sedangkan dua elektron yang menghuni satu orbital dilambangkan
dengan dua anak panah yang berlawanan arah. Jika orbital hanya mengandung satu
elektron, anak panah dituliskan mengarah ke atas. Dalam kaidah Hund,
dikemukakan oleh Friedrich Hund (1894 – 1968)
pada tahun 1930, disebutkan bahwa elektron-elektron dalam orbital-orbital suatu
subkulit cenderung untuk tidak berpasangan. Elektron-elektron baru berpasangan
apabila pada subkulit itu sudah tidak ada lagi orbital kosong.

Pengisian orbital dalam suatu atom
Subkulit yang dilambangkan dengan strip sebanyak
orbital yang dimiliki
2.3.3.
Larangan Pauli
Pada tahun 1928, Wolfgang Pauli (1900 – 1958) mengemukakan bahwa
tidak ada dua elektron dalam satu atom yang boleh mempunyai keempat bilangan
kuantum yang sama. Dua elektron yang mempunyai bilangan kuantum utama, azimuth,
dan magnetik yang sama dalam satu orbital, harus mempunyai spin yang berbeda.
Kedua elektron tersebut berpasangan.

Setiap orbital mampu menampung maksimum dua elektron. Untuk mengimbangi gaya
tolak-menolak di antara elektron-elektron tersebut, dua elektron dalam satu
orbital selalu berotasi dalam arah yang berlawanan.
Subkulit s (1 orbital) maksimum 2 elektron
Subkulit p (3 orbital) maksimum 6 elektron
Subkulit d (5 orbital) maksimum 10 elektron
Subkulit f (7 orbital)
maksimum 14 elektron
2.4.
Pola
dalam Senyawa Kecenderungan Unsur dalam Periode dan Golongan
2.4.1. Periode
·
Adalah
lajur-lajur horizontal pada tabel periodik.
·
SPU Modern
terdiri atas 7 periode. Tiap-tiap periode menyatakan jumlah/banyaknya kulit
atom unsur-unsur yang menempati periode-periode tersebut.
|
·
Unsur-unsur yang
memiliki 1 kulit (kulit K saja) terletak pada periode 1 (baris 1), unsur-unsur
yang memiliki 2 kulit (kulit K dan L) terletak pada periode ke-2 dst.
Contoh
:
9F : 2 , 7 periode ke-2
12Mg
: 2 , 8 , 2 periode ke-3
31Ga
: 2 , 8 , 18 , 3 periode ke-4
Catatan
:
·
Periode 1, 2 dan
3 disebut periode pendek karena berisi relatif sedikit unsur.
·
Periode 4 dan
seterusnya disebut periode panjang.
·
Periode 7
disebut periode belum lengkap karena belum sampai ke golongan VIII A.
·
Untuk mengetahui
nomor periode suatu unsur berdasarkan nomor atomnya, Anda hanya perlu
mengetahui nomor atom unsur yang memulai setiap periode.
2.4.2. Golongan
·
Sistem periodik
terdiri atas 18 kolom vertikal yang terbagi menjadi 8 golongan utama (golongan
A) dan 8 golongan transisi (golongan B).
·
Unsur-unsur yang
mempunyai elektron valensi sama ditempatkan pada golongan yang sama.
·
|
·
Unsur-unsur
golongan A mempunyai nama lain yaitu :
Golongan IA = golongan Alkali
Golongan IIA = golongan Alkali Tanah
Golongan IIIA = golongan Boron
Golongan IVA = golongan Karbon
Golongan VA = golongan Nitrogen
Golongan VIA = golongan Oksigen
Golongan VIIA = golongan Halida / Halogen
Golongan VIIIA = golongan Gas Mulia
2.5.
Hubungan
Antara Keelektronegatifan dan Jenis Ikatan
Sifat yang digunakan untuk
membedakan ikatan kovalen polar dengan ikatan kovalen nonpolar adalah elektronegativitas (keelektronegatifan),
yaitu kekuatan (kemampuan) suatu atom untuk menarik pasangan elektron yang
berikatan. Semakin besar nilai elektronegativitas,
semakin besar pula kekuatan atom untuk menarik pasangan elektron pada ikatan.
Dalam tabel periodik, pada satu periode, elektronegativitas akan naik dari kiri
ke kanan. Sebaliknya, dalam satu golongan, akan turun dari atas ke bawah.
Ikatan
kovelen nonpolar terbentuk bila dua atom yang terlibat dalam
ikatan adalah sama atau bila beda
elektronegativitas dari atom-atom yang terlibat pada ikatan sangat
kecil. Sementara, pada ikatan
kovelen polar, atom yang menarik pasangan elektron pengikat dengan lebih
kuat akan sedikit lebih bermuatan negatif; sedangkan atom lainnya akan menjadi
sedikit lebih bermuatan positif. Ikatan ini terbentuk bila atom-atom yang
terlibat dalam ikatan adalah berbeda. Semakin besar beda elektronegativitas, semakin polar
pula ikatan yang bersangkutan. Sebagai tambahan, apabila beda elektronegativitas atom-atom
sangat besar, maka yang akan terbentuk justru adalah ikatan ionik. Dengan demikian, beda elektronegativitas merupakan
salah satu cara untuk meramalkan jenis ikatan yang akan terbentuk di antara dua
unsur yang berikatan.
|
Perbedaan Elektronegativitas
|
Jenis Ikatan yang Terbentuk
|
|
0,0 sampai 0,2
|
Kovalen nonpolar
|
|
0,3 sampai 1,4
|
Kovalen polar
|
|
> 1,5
|
Ionik
|
2.6.
Ikatan
Ion
Untuk mengetahui ikatan
kimia dengan lebih dalam, atom harus dikenal dengan lebih dalam. Dari awal
abad 20, pemahaman ilmuwan tentang struktur atom bertambah mendalam, dan hal ini
mempercepat perkembangan teori ikatan kimia. Kimiawan Jerman
Albrecht Kossel (1853-1927) menganggap kestabilan gas mulia disebabkan konfigurasi
elektronnya yang penuh (yakni, konfigurasi elektron di kulit terluarnya, kulit
valensi, terisi penuh). Ia berusaha memperluas interpretasinya ke atom
lain. Atom selain gas mulia cenderung mendapatkan muatan listrik
(elektron) dari luar atau memberikan muatan listrik ke luar, bergantung
apakah jumlah elektron di kulit terluarnya lebih sedikit atau lebihbanyak dari
atom gas mulia yang terdekat dengannya. Bila suatu atom kehilangan
elektron, atom tersebut akan menjadi kation yang memiliki jumlah
elektron yang sama dengan gas mulia terdekat, sementara bila atom mendapatkan
elektron, atom tersebut akan menjadi anion yang memiliki jumlah elektron yang
sama dengan atom gas mulia terdekatnya. Ia menyimpulkan bahwa gaya dorong
pembentukan ikatan kimia adalah gaya elektrostatik antara kation dan
anion. Ikatan kimia yang dibentuk disebut dengan ikatan ionik. Kulit
K dan L atom natrium terisi penuh elektron, tetapi hanya ada satu elektron di
kulit terluar (M). Jadi natrium dengan mudah kehilangan satu elektron
terluar ini menjadi ion natrium Na+ yang memiliki konfigurasi elektron yang
sama dengan atom neon Ne (1s22s22p6). Konfigurasi elektron atom khlor
(1s22s22p63s23p5). Bila satu atom khlorin menangkap satu elektron untuk melengkapi
kulit M-nya agar menjadi terisi penuh, konfigurasi elektronnya menjadi (1s22s22p63s23p6)
yang identik dengan konfigurasi elektron argon Ar. Pada waktu itu, sruktur
kristal natrium khlorida telah dianalisis dengan analisis kristalografik
sinar-X, dan keberadaan ion natrium dan khlorida telah diyakini. Jelas tidak
ada pertentangan antara teori Kossel dan fakta sepanjang senyawa ion yang
dijelaskan. Namun, teori ini belum lengkap, seperti dalam kasus dualisme
elektrokimia, dalam hal teori ini gagal menjelaskan fakta ekesperimen seperti
pembentukan senyawa hidrogen atau tidak diamatinya kation C4+ atau anion C4–.
2.7.
Ikatan
Kovalen
Sekitar tahun 1916, dua
kimiawan Amerika, Gilbert Newton Lewis (1875-1946) dan Irving Langmuir
(1881-1957), secara independen menjelaskan apa yang tidak terjelaskan oleh
teori teori
Kossel dengan
memperluasnya untuk molekul non polar. Titik krusial teori mereka adalah
penggunaan bersama elektron oleh dua atom sebagai cara untuk mendapatkan kulit
terluar yang diisi penuh elektron. Penggunaan bersama pasangan elektron oleh
dua atom atau ikatan kovalen adalah konsep baru waktu itu. Teori ini
kemudian diperluas menjadi teori oktet. Teori ini menjelaskan, untuk gas
mulia (selain He), delapan elektron dalam kulit valensinya disusun seolah
mengisi kedelapan pojok kubus (gambar 3.3) sementara untuk atom lain, beberapa
sudutnya tidak diisi elektron. Pembentukan ikatan kimia dengan penggunaan
bersama pasangan elektron dilakukan dengan penggunaan bersama rusuk atau bidang
kubus. Dengan cara ini dimungkinkan untuk memahami ikatan kimia yang membentuk
molekul hidrogen. Namun, pertanyaan paling fundamental, mengapa dua atom
hidrogen bergabung, masih belum terjelaskan. Sifat sebenarnya ikatan kimia
masih belum terjawab.
2.8.
Interaksi
antar Molekul
Terdapat
lima jenis interaksi antarmolekul, yang disusun berdasarkan
kekuatan, dari yang terlemah hingga yang terkuat, yaitu:
2.8.1. Gaya London atau Gaya Dispersi
Jenis gaya
tarik yang sangat lemah ini umumnya terjadi di antara molekul-molekul kovalen
nonpolar, seperti N2, H2, atau CH4. Ini
dihasilkan oleh menyurut dan mengalirnya orbital-orbital elektron, sehingga
memberikan pemisahan muatan yang sangat lemah dan sangat singkat di sekitar
ikatan. Gaya London meningkat seiiring bertambahnya
jumlah elektron. Gaya London juga meningkat seiiring
bertambahnya massa molar zat, sebab molekul yang memiliki massa molar besar
cenderung memiliki lebih banyak elektron. Adanya percabangan pada molekul akan
menurunkan kekuatanGaya London, sebab adanya percabangan akan memperkecil
area kontak antarmolekul. Titik didih senyawa sebanding sekaligus mencerminkan
kekuatan Gaya London.
2.8.2.
Interaksi
Dipol Terimbas (Dipol Terinduksi)
Gaya
antarmolekul ini terjadi saat molekul polar mengimbas (menginduksi) molekul
nonpolar. Sebagai contoh, molekul air (H2O) yang bersifat polar
dapat menginduksi molekul oksigen (O2) yang bersifat nonpolar. Dipol
terimbas inilah yang menyebabkan gas oksigen larut dalam air.
2.8.3. Interaksi Dipol-Dipol
Gaya
antarmolekul ini terjadi bila ujung positif dari salah satu molekul dipol
ditarik ke ujung negatif dari dipol molekul lainnya. Gaya ini lebih kuat
dari Gaya London, namun tetap saja sangat lemah. Interaksi ini
terjadi pada senyawa kovelen polar, seperti HCl dan HBr.
2.8.4. Interaksi Ion-Dipol
Gaya
antarmolekul ini terjadi saat ion (kation maupun anion) berinteraksi
dengan molekul polar. Kekuatan interaksi ini bergantung pada muatan dan ukuran
ion serta kepolaran dan ukuran molekul polar. Kation memiliki interaksi yang
lebih kuat dengan molekul polar dibandingkan anion. Salah satu contoh
interaksi ini adalah hidrasisenyawa NaCl dalam air (proses ion-ion
dikelilingi oleh molekul air).
2.8.5.
Ikatan
Hidrogen
Interaksi dipol-dipol yang sangat
kuat, yang terjadi bila atom hidrogen terikat pada salah satu dari ketiga unsur
yang sangat elektronegatif, yaitu F, O, dan N. Ketiga unsur ini memiliki
tarikan yang sangat kuat pada pasangan elektron yang berikatan sehingga atom
yang terlibat pada ikatan mendapatkan muatan parsial yang sangat besar. Ikatan
ini sangat polar, sehingga interaksi antarmolekul menjadi sangat kuat.
Akibatnya, titik didih senyawa yang memiliki ikatan hidrogen relatif
tinggi (walapun massa molarnya paling rendah) bila dibandingkan senyawa lain
pada golongan yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Sarosa, Wirawan.
J. 2010. Super Kimia. Jakarta: Wahyu
Media
Chang,
Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-konsep
Inti. Jakarta: Erlangga






